Untuk melakukan kompresi teks, telah banyak algoritma yang dikembangkan dengan teknik pengompresian yang berbeda-beda, namun sayang sekali tidak ada satupun algoritma kompresi tersebut yang baik untuk mengompresi berbagai teks hal ini disebabkan karena karakteristik atau struktur setiap teks, sedangkan kebanyakan algoritma kompresi data memanfaatkan struktur teks tersebut dalam proses kompresi, akibatnya hanya pada teks tertentu saja mungkin suatu algoritma lebih efektif dari yang lainnya
Pada umumnya algoritma kompresi data melakukan teknik pengkodean dengan penggantian satu atau beberapa simbol yang sama dengan kode tertentu, berbeda dengan Arithmetic Coding, algoritma ini mengkodekan seluruh inputs tream dalam suatu teks dengan sebuah angka floating point dengan interval [0,1) atau angka yang lebih besar atau sama dengan 0 dan lebih kecil dari 1 ( 0 =< x < 1).
Arithmetic Coding memiliki sejarah yang penting karena pada saat itu algoritma ini berhasil menggantikan algoritma Huffman selama 25 tahun, Arithmetic Coding memiliki perfomansi yang lebih unggul dari pada Huffman Coding khususnya apabila diaplikasikan pada kumpulan alphabet yang ukurannya relatif kecil, awalnya Arithmetic Coding diperkenalkan oleh Shannon Fano dan Elias, kemudian dikembangkan secara luas oleh Pasco (1976), Rissanene (1976, 1984), dan Langdon (1984), yaitu sebagai ide alternatif yang menggantikan setiap input simbol dengansebuah codeword, yaitu dengan mengkodekan seluruh input stream dengan sebuah single floating point sebagai output proses kompresi. Untuk melakukan proses kompresi maupun dekompresi, Arithmetic Coding membutuhkan dua fase, yaitu dengan terlebih dahulu menentukan probalitas dan range setiap simbol lalu melakukan proses encoding maupuan decoding.
0 Komentar